PENERAPAN METODE PARTISIPATORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS V MELALUI PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (OUTDOOR)
Purwanto
Abstract: Satisfying learning is longed for a teacher or student. Teacher will feel satisfy if he can present acceptable and enjoy learning for student, the other way student will happy if teacher can give an interesting and easy understanding. In order that learning feel satisfying, teacher as a main performer must always active, pro active and innovative. Active means always follow the development of education world. Proactive means always create on approach to the student about his wish in learning application methode. While innovative means always willing to try a way to present an excellent and satisfying learning for student. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) give a freedom to the teacher for develop learning which excellent and satisfying appropriate with school condition.
Key words: active learning, proactive, innovative, satisfying, KTSP
Latar Belakang
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 19, ayat 1 dengan tegas menyatakan bahwa:
”Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”
Belajar merupakan suatu kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman terhadap suatu konsep. Pembelajaran merupakan suatu interaksi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Ketercapaian tujuan pembelajaran merupakan suatu keberhasilan dalam menyelenggarakan suatu pendidikan.
________________________________________________________________________
Penulis adalah guru SD Nasional KPS Balikpapan
Agar tercapai tujuan pembelajaran, perlu dicari langkah-langkah yang dapat diterima, baik oleh pengajar maupun oleh pembelajar. Salah satu cara itu adalah diterapkannya metode belajar mengajar yang menyenangkan, terarah, dan dapat dilaksanakan dengan tidak mengurangi esensi pembelajaran.
Metode Penelitian
Penelitian ini meggunakan metode kuantitatif dengan cara menyampaikan gagasan-gagasan penulis yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya, pengajaran pembuatan puisi di kelas V dengan dukungan buku-buku dari pakar-pakar pendidikan baik yang langsung berhubungan dengan pengajaran bahasa Indonesia maupun yang berupa kajian penerapan metode-metode pembelajaran.
Sasaran gagasan ini adalah guru bahasa Indonesia kelas V dengan pertimbangan bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan metode partisipatori di luar ruang kelas (outdoor) cocok digunakan pada siswa minimal kelas V. Hal ini disebabkan siswa kelas V sudah mempunyai kemandirian dalam mengerjakan tugas dan sudah mempunyai imajinasi yang cukup untuk membuat puisi.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut:
Berkomuikasi secara efektif dan efisien sesuai etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
(Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2004)
Aspek Keterampilan Berbahasa
Ada 4 aspek keterampilan berbahasa yang akan dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Keempat aspek tu adalah aspek:
Menyimak (Listening Skill)
Berbicara (Speaking Skill)
Membaca (Reading Skill)
Menulis (Writing Skill)
Hubungan keempat keterampilan berbahasa tersebut dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
MENYIMAK
Langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsional
Komunikasi tatap muka
BERBICARA
Langsung
Produktif
ekspresif
KETERAMPILAN BERBAHASA
MENULIS
Tak langsung
Produktif
Ekspresif
Komunikasi tidak tatap muka
MEMBACA
Tak langsung
Apresiatif
fungsional
(Tarigan. 2002:2)
Dalam penyajian pembelajaran, keempat keterampilan tersebut saling berhubungan. Keterampilan menyimak erat kaitannya dengan keterampilan berbicara sedangkan keterampilan membaca erat kaitannya dengan keterampilan menulis. Bahkan keempat keterampilan tersebut dapat disajikan secara bersamaan dengan penekanan pada salah satu keterampilan.
Setiap keterampilan itu erat sekali berhuungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang tratur: mla-mula pada masa kecil kita belajar enyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keepat keterampilan tesebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur-tunggal (Tarigan, 1982:1)
Keterampilan menulis (writing skill) merupakan suatu kegiatan aktif – produktif yang hendak dikembangkan dalam suatu pembelajaran. Keterampilan menulis memerlukan latihan yang berkesinambungan sampai pada suatu kondisi di mana pembelajar menguasai bidang itu.
Standar kompetensi menulis di kelas V adalah mengungkapkan pikiran, perasaan informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.
Muara akhir dari pembelajaran puisi bukan menjadikan siswa sebagai penyair, tetapi menjadikan siswa terampil menulis puisi.
Metode Partisipatori
Pengertian
Metode partisipatori adalah metode pembelajaran yang lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh.
Penerapan Metode Partisipatori
Metode partisipatori diterapkan ketika guru mengharapkan peran siswa secara penuh. Adapun ciri yang menonjol dari metode partisipatori adalah:
Belajar dari realitas atau pengalaman
Tidak menggurui
Dialogis
Prinsip Dasar Metode Partisipatori
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan bahwa:
Setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang.
Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak.
Dunia anak adalah dunia bermain
Usia anak merupakan usia yang paing kreatif dalam hidup manusia (Materi Pelatihan Terintergasi Bahasa Indonesia. 2004:41).
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek.Keaktifan siswa berupa melakukan kegiatan secara mandiri.Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif.
Sebagai pemandu, guru diharapkan memiliki watak sebagai berikut:
1. Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan persetujuan dan apa yang dipahami partisipan.
2. Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
3. Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama proses berlangusng.
4. Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
5. Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya.
6. Memiliki ketertarikan kepada subjek belajar.
7. Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
8. Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus (pembelajaran, red)
( Freiri dalam Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia, 2004:41)
Alasan Penggunaan Metode Partisipatori
1. Metode partisipatori menekankan keterlibatan siswa secara penuh.
2. Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran
3. Kegiatan belajar mengajar diharapkan berlangsung menyenangkan
4. Terjadi interaksi positif antara pengajar dengan pembelajar.
Hernowo (2004:61) menyatakan bahwa dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali ke pemikiran bahwa anak didik akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Kegiatan belajar mengajar akan menarik dan disukai oleh para siswa jika guru dapat mengemas materi pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Salah satu cara untuk menjadikan pembelajaran itu menarik adalah dengan melakukan pembelajaran di luar ruang kelas (outdor). Namun demikian, kegiatan ini sebaiknya diprogram dengan baik agar lebih mengenai sasaran.
Manfaat Pembelajaran Puisi di Luar Kelas (outdoor)
1. Outdoor digunakan untuk mendekatkan pembelajar dengan objek pembelajaran.
Materi pembelajaran akan mudah diterima oleh pembelajar karena objek pembelajaran bersifat konkret sehingga siswa tidak hanya mengira-kira objek pembelajaran berdasarkan imajinasinya semata. Misalnya: guru bahasa Indonesia memberi tugas untuk membuat puisi bertema bebas.
Jika materi ini disampaikan di kelas maka siswa sedikit sekali mendapat gambaran tentang objek yang akan dibuat puisi . Mereka mendapat gambaran objek hanya dari imajinasinya dan benda-benda yang ada di ruang kelas.
Hal ini berbeda jika guru membawa siswa ke luar kelas. Mereka akan mendapat banyak pilihan tentang objek yang akan dituangkan ke dalam puisi. Selain itu, berhadapan dengan objek langsung akan memperkuat imajinasi siswa.
2. Outdoor dapat mengatasi kejenuhan siswa berkreasi membuat puisi
Belajar di dalam ruangan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan siswa (juga guru) merasa jenuh. Hal ini disebakan kurangnya variasi pandangan dan ojek yang dipelajarinya. Kejenuhan ini bisa dilihat dari perilaku siswa yang tidak terfokus pada materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Misalnya; siswa beberapa kali menguap (meskipun sebenarnya ia tidak sedang menguap), melayangkan pandangan ke luar ruangan, menggambar, mengganggu temannya, dan sebagainya.
Membuat puisi memerlukan suatu kondisi yang tenang dan inspiratif. Jika kegiatan itu hanya diakukan dalam suatu ruang dengan pandangan yang terbatas, maka siswa akan merasa kurang nyaman. Kalau keadaan ini berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama atau dalam tingkat keseringan yang tinggi, maka tidak menutup kemungkinan siswa akan merasa jenuh yang berakibat tidak berkembangnya keingingan siswa untuk lebih kreatif membuat puisi.
Agar siswa tidak merasa jenuh, guru perlu mengajak siswa belajar di luar ruang kelas. Tentu saja sebelumnya guru telah melakukan persiapan tentang tempat dan objek yang akan digunakan sebagai media pembelajaran.
3. Outdoor meningkatkan kreatifitas siswa
Dengan melihat langsung objek pembelajaran dan didukung oleh suasana alam terbuka menjadikan siswa lebih kreatif dalam membuat puisi. Hal ini disebabkan siswa dengan mudah menemukan inspirasi dan dapat membandingkan antara puisi yang dibuatnya dengan puisi buatan temanya.
”Tidak kenal maka tidak sayang”, kata peribahasa. Memang banyak cara untuk menimbulkan serta mempertinggi apresiasi masyarakat kita terhadap puisi ini, dan salah satu di antaranya adalah dengan jalan mengetahui seluk-beluk proses penciptaan puisi itu, sebab dengan demikian mereka menganggap bahwa mereka turut mengalami apa-apa yang telah dialami oleh penyair ( Tarigan, 1984:59).
.
4.Outdoor dapat meningkatkan kebersamaan dan kesetiakawanan siswa
Pada umumnya guru yang memberikan materi pembelajaran di luar ruang kelas menyertakan pula tugas kelompok kepada siswa (misalnya membuat yel-yel sebelum kelompok itu tampil membacakan puisinya). Siswa yang mengerjakan tugas guru di luar ruang kelas ini terlihat lebih aktif dan agresif. Tampak kebersamaan dalam mengerjakan tugas.
5. Outdoor memberikan inspirasi kepada pembelajar untuk menemukan gambaran nyata tentang objek yang akan dituangkan dalam puisinya sekaligus memotivasi pembelajar untuk lebih produktif membuat puisi.
Dengan melihat berbagai objek, sisiwa lebih mudah menemukan inspirasi dalam membuat puisi. Hal ini dapat menyebabkan keyakinan siswa yang tiggi bahwa membuat puisi itu tidaklah sulit. Jika kesadaran ii telah tertanam pada sisiwa, maka peran guru tinggal memotivasi kepada siswa ntuk menciptakan puisi dalam berbagai peristiwa.
Motivasi guru begitu penting bagi siswa. Dengan motivasi, kebiasaan positif dapat ditingkatkan. Siswa dan guru lebih bersemangat. Hubungan antara pengajar dan pembelajar pun akan lebih harmonis.
Daniel Goleman (1996:164) menyatakan bahwa sinkroni antara guru dan murid-muridnya menunjukkan seberapa jauh hubungan yang mereka rasakan; studi-studi di kelas membuktikan bahwa semakin erat koordinasi gerak antara guru dan murid, semakin besar perasaan bersahabat, bahagia, antusias, minat, dan adanya keterbukaan ketika melakukan interaksi.
Skenario Pembelajaran Puisi di Luar Kelas (outdoor) Dengan Metode Partisipatori
a. Perencanaan
Perencanaan diperlukan karena guru memerlukan pedoman konkret ketika akan melakukan pengajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas (outdoor). Sebelum seorang guru mengajar, tentu dia berpikir tentang apa yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran nanti. Bahan pembelajaran dan strategi apa yang akan dilakukan ketika akan mengajar.
Demikian juga jika guru bahasa Indonesia kelas V akan mengajarkan puisi dengan setting pembelajaran di luar ruang kelas. Guru bahasa Indonesia itu hendaknya melakukan perencanaan yang matang berkaitan dengan pembelajaran yang akan disampaikan.
Perencanaan yang bisa dilakukan adalah:
a.1. Guru mengadakan survey lingkungan yang akan digunakan sebagai objek
pembelajaran.
Lingkungan yang akan dijadikan tepat pembelajaran sebaiknya dekat
dengan sekolah dan tidak membahayakan bagi anak-anak. Hindari tempat
yang emunkinkan anak berada di luar jangkauan guru, misalnya di pantai, di
hutan, di sungai, dan lain-lain.
a. 2. Guru menentukan objek yang akan digunakan pembelajar untuk membuat
puisi (Misalnya: tema kebersihan lingkungan, tema tumbuh-tumbuhan, tema
alam, dan sebagainya).
a.3. Guru menentukan tempat yang akan digunakan oleh pembelajar untuk
mengerjakan tugas pembuatan puisi.
Tempat yang digunakan untuk membuat puisi diusahakan suasananya
tenang, bukan jalan yang biasa digunakan lalu-lalang dan jauh dari
keramaian. Tempat yang memunkingkan untuk membuat uisi misalnya di
halaman sekolah, di taman sekolah (kalau ada), di belakang sekolah.
b. Persiapan
Pembelajaran bukan hanya berarti mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru yang tumbuh saat seorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan, dan terjadi di setiap waktu. Pembelajaran mencakup juga pemilihan, penyusunan, dan penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dengan situasi dan kondisi baik pengajar maupun pembelajar.
Lingkungan tidak hanya tempat yang digunakan saat pengajaran berlangsung tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan pengajar untuk menyampaikan informasi dan membimbing pembelajar untuk belajar.
Jika pembelajarn bertumpu pada kegiatan bagaimana siswa belajar (student centre) maka pengajar harus menyampaikan rambu-rambu dan informasi yang sejelas-jelasnya kepada para siswa.
Hal yang harus dilakukan oleh guru bahasa pada saat mengadakan kegiatan pembelajaran puisi di luar kelas adalah:
a.1. Guru menyampaikan topik pembelajaran pada hari itu yaitu keterampilan
menulis dengan kompetensi dasar menulis puisi dengan tema bebas.
a.2. Guru menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung di luar kelas
(outdoor) dengan tempat yang telah ditentukan.
a.3. Guru menyampaikan tentang tugas yang harus dikerjakan siswa yaitu
membuat puisi dengan tema bebas (jumlah dan bentuk bait bisa juga
disampaikan oleh guru).
c. Pelaksanaan
c. 1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
c. 2. Setiap kelompok diberi tempat mengerjakan yang berbeda.
c. 3. Guru memberi batas waktu membuat puisi (misalnya 50 menit)
c. 4. Guru meminta siswa kembali ke kelas dalam batas waktu yang telah
ditentukan.
c.5. Selama pelaksanaan, guru tetap berada di tengah-tengah siswa (untuk
mengantaisipasi jika ada pertanyaan-pertanyaaan dan agar kegiatan tetap
berlangsung dengan tertib).
d. Evaluasi
d. 1. Guru menyampaikan kriteria penilaian pembacaan puisi yang telah dibuat
siswa.
d. 2. Guru meminta setiap siswa menampilkan puisinya.
d. 3. Guru memberikan apresiasi kepada siswa dengan penamplan terbaik sesuai
dengan penilaian guru dan tanggapan para siswa.
e. Refleksi
e. 1. Guru menanyakan kepada siswa tentang pembelajaran pada saat itu.
e. 2. Guru memberikan motivasi kepada para siswa.
Hasil yang Diharapkan
1. Siswa mendapat inspirasi dari lingkungan sekitar untuk membuat puisi
2. Siswa dapat mengembangkan imajinasi
3. Siswa memperoleh kebebasan berkarya
4. Siswa memperoleh banyak pilihan objek yang akan dituangkan ke dalam puisinya
5. Pembelajaran berlangsung menyenangkan
6. Meningkatkan keterampilan menulis puisi
7. Penulisan puisi menggugah rasa bermain dengan kata-kata dan struktur kalimat. Kegiatan ini membantu mengembangkan kesadaran akan pengibaratan dan metafora, serta irama, sembari memperlihatkan kekuatan dalam menulis singkat dan ringkas (Mary Leonhardt 2001:57).
Kesimpulan
Guru bahasa Indonesia diharapkan merupakan figur guru yang inovatif dengan menciptakan berbagai metode belajar yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan tolok ukur dari tercapainya tujuan pembelajaran.
Metode partisipatori yang dipadukan dengan pembelajaran di luar kelas dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang menyenangkan khususnya pada pembelajaran penulisan puisi dengan tema bebas.
Saran
1. Guru perlu mencoba berbagai metode pembelajaran dengan tujuan agar pembelajaran
berlangsung dengan menyenangkan, terukur, dan terarah.
2. Metode partisipatori dengan pembelajaran di luar ruang kelas (outdoor) dapat
diujicobakan dalam pembelajaran menulis puisi dengan tujuan mendekatkan objek
dengan tema pembelajaran.
Daftar Pustaka:
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama.2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdiknas.
Hernowo. 2005. Menjadi Guru. Bandung: Penerbit MLC.
Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligance. Jakarta: Gramedia.
Leonhardt, Mary .2001. Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung:
Penerbit Kaifa
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampian Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur . 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Penerbit
Angkasa.